Brand Value & Emotional Bonding
Hari ini saya baru saya men tweet salah satu artikel tentang 5 visi sebuah perusahaan yang menurut saya sangat unik. Terlebih lagi karena 5 nilai tersebut begitu “membekas” di benak saya dan cukup menginspirasi. Apalagi ketika saya pernah diajak untuk langsung mengunjungi “simbol-simbol” nilai-nilai tersebut secara langsung di Negara asalnya, Jepang.
Sebenarnya artikel tersebut sudah agak lama saya buat, tapi hari ini secara kebetulan saya coba tweet ulang, dan langsung mendapat tanggapan dari seorang teman saya: “emang loe diminta berapa lama untuk ngetweet tentang SOYJOY?”
Wah haha, menanggapi pertanyaan seperti itu, langsung saja saya klarifikasi, bahwa saya tidak pernah diminta untuk mentweet secara jumlah dan periode tertentu oleh SOYJOY setelah saya memenangkan kompetisi SOYJOY Healthylicious 2, semua nya saya lakukan dengan sukarela dan tanpa paksaan. Dan jika boleh jujur, saya memang melakukannya karena memang pada saat saja berkunjung ke Jepang memang saya sangat terkesan dengan visi dan filosofi mereka tentang kreatifitas, jadi ingat yah bukan tweet iklan hehe.
Sebenarnya apa hal yang mendasari saya mau dengan sukarela melakukan hal tersebut? Saya kira apa yang sudah dilakukan oleh Otsuka dan SOYJOY sudah menciptakan Emotional Bonding bagi saya, dimana keterikatan secara emosional tersebut membuat saya dengan sukarela berbagi informasi mengenai brand Soyjoy tersebut.
Coba ajah jika Anda memang terinspirasi oleh suatu hal atau jika kita merasa puas dengan layanan/ produk sebuah brand, ada moment di mana Anda secara sukarela selalu membicarakan brand tersebut, merekomendasikannya ke orang lain dan bahkan sampai menganjurkan orang lain untuk mengkonsumsi brand tersebut, tul ga?
Rasanya pada artikel sebelumnya sudah dibahas oleh creasioner lain soal emotional bonding ini, Cuma it’s oklah yah buat saya share dari perspektif saya pribadi bagaimana sebuah brand bisa menciptakan emotional bonding dengan konsumennya.
1. Identifikasi siapa target market
Hal ini mutlak dan sangat penting untuk dilakukan oleh pemilik brand, karena untuk men “treat” seseorang atau sekelompok orang kita harus mengetahui dan mengenal dulu, dengan siapa kita bicara. Salah indentifikasi malah mungkin membuat apa yang sudah kita berikan untuk konsumen tersebut sama sekali tidak memiliki “nilai” di matanya.
Ekstrimnya begini, kita mau mentreat sebuah komunitas A katakanlah, nah karena “sok kenal” kita hiburlah mereka dengan musik “dangdut” katakanlah padahal ternyata komunitas ini penggemar musik Rock, lah bisa berabeh khan, boro-boro seneng yang ada malah sebel sama si brand.
2. Temukan minat atau hal yang disukai target market
Setelah kita mengenal dan mengetahui dengan siapa kita akan bicara, maka kita harus mencari tahu apa saja faktor2 atau hal2 yang menarik dan disukai oleh audience kita. Nah contoh di atas mungkin sudah memberikan gambaran bagaiaman “what they want” penting untuk diketahui oleh brand.
Intinya berikan sesuatu yang tepat kepada orang yang tepat. Jangan berasumsi bahwa apa yang kita suka pasti konsumen kita suka karena belum tentu preferensi Anda sesuai dengan konsumen Anda bahkan dalam konteks Andapun konsumen “produk” Anda. Do some research.
3. Berikan perhatian terhadap hal-hal yang disukai
Setiap orang pada dasarnya sangat suka di perhatikan, apalagi untuk hal2 yang memang disukai nya. Jadi sangat penting bagi pemilik brand untuk memberikan perhatian untuk hal2 tersebut. Misal konsumen kita menyukai hal-hal yang bersifat ekstrem sport, nah sudah selayaknya brand membuat aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan konsumen ini sesuatu yang berbau-bau ekstrim sport sehingga mereka merasa brand ini memang memperhatikan kita.
4. Lakukan dengan total dan konsisten
Dan yang terakhir tidak kalah penting, pada saat ingin menciptakan keterikatan dengan seseorang maka yang dilakukan harus secara total dan konsisten. Total dalam arti serius dan “engga setengah2”, konsisten dalam arti “tahan untuk jangka waktu yang lama”
So, bagaiaman dengan brand Anda?
Creative Sales and Brand Partner
Posting Komentar