Sepenggal kalimat itu yang menjadi salah satu hal menarik yg ingin saya ulas disini. Bagaimana seorang Julia Perez (Jupe) menjual “aset”nya menjadi sebuah buzz yang cukup menarik.
29 Mei 2012 kemarin sebenarnya hanyalah sebuah Launching bisnis barunya Jupe, sebuah franchise ayam goreng a.k.a Fried Chicken, tapi uniknya Fried Chicken ini mengusung nama besar artis Indonesia yang fenomenal, Julia Perez, yang memang dikenal memiliki image sexy. Uniknya, karena sama-sama menjual keseksiannya, maka Jupe dan ayam goreng malah bisa menjadi sama2 dipromote dengan image sexy.
Inilah sebuah key point yang cukup unik, nilai yang dijual oleh brand ini bukan lagi bicara content, kualitas produk, kualitas proses, dll.. dll... tapi untuk kali pertama ini yang di sosialisasikan memang berkisar pada image Jupe sendiri yang memang secara brand sudah cukup dikenal sangat luas oleh masyarakat Indonesia. Apalagi dengan statement2 nya yang selalu memicu banyak opini.
Saya tidak mengatakan bahwa content produk (secara kualitas dan proses) tidak penting, tapi dalam kasus JFC ini hal yg lebih menarik untuk dijadikan fokus berita dan pembahasan lebih kepada keunikan mba Jupe sebagai main topic, bukan hanya tentang kelebihan proses produksi dan rasa ayam nya tapi lebih ke cara mba Jupe berbisnis, walaupun secara rasa juga ternyata cukup enak setelah mencobanya.Uniknya launching kemarin ternyata hanya sebuah perkenalan sekaligus publish untuk calon-calon investor yang juga ingin memiliki bisnis tapi tdk ingin repot untuk create sistem, JFC ini juga dipasarkan bukan hanya untuk konsumen penikmat ayam goreng, tapi juga untuk investor, jadi secara konsumen dan investor tercakup dalam sebuah buzz yang diciptakan oleh mba Jupe
Terbukti pada saat saya iseng menpost kan foto ttg presscon launching JFC ini sudah memancing banyak sekali tanggapan dari beberapa teman se BBM group saya, bahkan ada yang mentweet nya :) ada juga yang sedikit bermain-main dengan tagline “nakal” seperti:
“Why eat Ketucky’s breast when you can have my breast”
“Jupe’s breast I’m lovin it? Or lickin’ good?”
Bukan hanya itu, bahkan teman saya di twitter sempat berkata: “wah, mau nih jadi buzzernya, karena tagline nya bisa seru dan lucu2”
So whats the point yang bisa dijadikan pelajaran dari JFC ini:
Big name creates it’s own way. Jupe sebagai big name” dari JFC ini memang memegang peranan kunci untuk JFC ini kemudian bisa dibicarakan oleh banyak orang (sampai hari ini saya lihat counternya masih cukup ramai). Saya coba membayangkan juka itu bukan punya dan menggunakan nama Jupe, apakah akan menarik perhatian wartawan dan masyarakat pada umumnya? Hmmm rasanya tidak walaupun bisa juga jika memang konsep yang diusung cukup ok. Nama besar Jupe dalam hal ini sudah menjadi “jualan” tersendiri bagi media dan masyarakat untuk dibicarakan sehingga tidak perlu repot-repot promo, sebelum counternya buka sekalipun yang membicarakan sudah cukup banyak hehe.
But, business is not always about Big Name. Nah ini yang juga ke depannya harus diperhatikan sama yang pengang bisnis dan lincensenya, tidak bisa mereka berbisnis hanya dengan mengandalkan nama Jupe apalagi dalam jangka panjang, secara content mereka harus mereka harus terus melakukan inovasi dan pengembangan agar bisa terus bertahan di tengah ketatnya kompetisi, dari sisi context JFC ini juga harus bisa selalu menyajikan cara-cara yang kreatif untuk bisa berkomunikasi dan diterima oleh target marketnya . Itu baru bicara sisi diferensiasi, blom lagi bicara soal layanan dan internal proses yang juga sering kali menjadi kunci penting dalam bisnis fast food seperti JFC.
Oke, jadi ada yang mau jualan atau paha dan dada Jupe juga?
Posting Komentar