Saya yakin hampir semua orang di dunia menyadari bahwa kesuksesan sebuah bisnis kuncinya adalah di kapasitas dan kualitas dari orang-orang yang menjalankan roda bisnis tersebut. Tapi terkadang yang membuat munculnya hambatan sebuah bisnis adalah tidak sinkronnya antara pola berfikir perusahaan dan pola berfikir karyawannya. Masing-masing sedapat mungkin berusaha untuk mengoptimalkan keutungan pihaknya, tanpa berusaha mensinergikan kepentingan kedua belah pihak. Lebih parah lagi jika salah satu memiliki pemikiran yang tidak produktif. Padahal jika keduanya bersatu hasilnya akan menjadi luar biasa untuk keduanya.
Dalam artikel ini saya coba membahas dari sisi seorang karyawan. Terkadang pada sebagian karyawan (tidak untuk semua karyawan tentunya), saat bekerja berfikir, gimana caranya saya bisa bekerja yang sedikit, ga cape tapi bisa mendapatkan income yang besar di tempatnya bekerja. Pemikiran seperti ini sebenarnya adalah pemikiran yang 100% salah karena akan menjerumuskan karyawan tersebut pada titik dimana mereka tidak akan berkembang dan pasti akan berdampak juga pada perkembangan perusahaan. Ada 3 alasan yang menjadi dasar kenapa pemikiran itu salah :
Coba, sebutkan 3 jenis perusahaan yang mencari karyawan pemalas! Cari coba dari sabang sampai merauke dari perusahaan skala kampung sampai perusahaan skala internasional. Jawabannya pasti tidak ada. Yup betul itu kenapa di Indonesia yang katanya jumlah pengangguran terbuka saat ini mencapai angka 7 Juta orang (data BPS Feb 2012), padahal kalau saya sering bicara dengan banyak pelaku bisnis mereka sering mengeluh kekurangan karayawan. Lha bingung kan
Setelah diamati ternyata problemnya itu bukan di kuantitas ketersediaan SDM tetapi di kualitas yang disediakan. Jadi sebenarnya kalau kita memiliki kualitas yang handal dalam menjalankan pekerjaan dan profesi kita baik dalam disiplin dan komitmen kerja, masih banyak perusahaan-perusahaan yang mau menampung kita. Kuncinya adalah tingkatkan terus kualitas pribadi sebagai karyawan. Dan kualitas terbangun dari proses yang panjang bukan instan karena kebutuhan.
Ini pengalaman saya bertemu dengan orang-orang hebat, baik yang saat ini sudah menjadi profesional level atas di perusahaannya atau bahkan sudah menjadi pemilik bisnis. Kunci dari kesuksesan mereka saat ini adalah kerja keras yang konsisten dan cerdas. Salah satu cerita, ada mantan Presiden Direktur Pertamina Indonesia memulai karirnya sebagai teknisi yang membersihkan alat-alat berat di pelabuhan, tetapi karena dia menjalankan dengan tekun dan konsisten (tentunya terus belajar dan mengurangi penyakit mengeluh), akhirnya setahap demi setahap dia mencapai level kualitas yang diakui oleh perusahaan. Dia berujar “saya tidak akan mencapai posisi ini, jika tidak pernah jadi teknisi di lapangan karena di sana saya belajar tentang ketekunan dan kerendahan hati.”
Untuk menjadi suskses secara financial seorang karyawan harus menjadi tekun dalam bekerja, pekerjaan apapun dijalankan dengan semangat dan kemampuan terbaik, karena dengan demikian secara tidak kita sadari menjadi proses pembentukan karakter dan kualitas yang semakin lama semakin mumpuni.
Selain itu harus juga juga bekerja dengan konsisten, “sekuat-kuatnya batu karang, jika setiap hari ditetesi air laut, lama-kelamaan hancur juga.” Kadang orang gagal itu bukan karena dia tidak mampu tetapi hanya karena dia berhenti melangkah ketika sukses tinggal selangkah lagi di depan mata. Terakhir cerdas, Kerja sih boleh 8 jam atau bahkan 12 jam sehari tetapi jika kita tidak pandai-pandai menggali potensi diri kita secara kreatif dan cerdas jika tidak maka percepatan pencapaian kita akan relatif lambat
Preneurship adalah jiwa, paradigma, dan mindset seseorang. Yups betul untuk menjadi kaya kita harus punya Preneurship. Baik sebagai Intrepreneurship maupun Entrepreneurship. Lah bedanya apa, kalau entrepreneurship jiwa yang dimiliki para pemilik bisnis untuk terus maju dan mengembangkan bisnis yang digeluti dengan pantang menyerah, kalau Intrepreneurship jiwa bagi seorang karyawan dalam mengembangkan potensinya untuk berperan dalam mengembangkan bisnis perusahaannya, yang hasilnya dikemudian hari bisa saja menjadikan kita memiliki posisi penting atau saham dari perusahaan atas jerih payah yang kita bangun.
Dengan jiwa dan pola berfikir yang sudah kita bahas di atas, karyawan sudah dipastikan tidak akan rugi. Jika ternyata persaingan di dalam perusahaan tidak terlalu ketat peluang untuk berkarir sampai level tertinggi sangat terbuka, namun jika persaingan ketat dengan mental dan kualitas pekerjaan yang handal pasti akan banyak perusahaan yang mencari. Atau bahkan jika kita siap dnegan proses pembelajaran yang sudah kita dapatkan kita bisa membuaka usaha sendiri dari intrepreuner menjadi entrepreneur.
So, jangan pernah memiliki hobi mencari hal yang mudah dan tidak mau capai dalam bekerja, karena ga ada ruginya kan menjadi orang berkualitas.
Posting Komentar