Song : JAFUNISUN – Tahu Sumedang
Tahu Sumedang
Tahu Nu Matak Sono
Ceuk Kuring
Ceuk Ayah
Eweuh Nu Bisa Ngelehan
Tahu Sumedang
Tahu Nu Pang Raosna
Komo Di Cengekan
Komo Lamun Di Sambelan
Ngeunah Ceuk Murang Kalih
Ceuk Nu Kolot Ceuk Nu Ngora
Ti Peuting Nepika Hayam Kongkorongok
Anggeur Ngeunah...Ahh...Ahh
Barusan merupakan sedikit penggalan lirik lagu Tahu Sumedang karya JAFUNISUN sebuah band asal Bandung yang saya nilai melalui kreatifitasnya dalam bermusik bisa mengubah “membuat versi plesetan” lagu Ost. Saint Seiya - pegasus fantasy – make up, seingat saya sebuah film kartun yang cukup booming dan paling ditunggu pada masa saat masih SD. Saat pertamakali mendapat informasi dari teman kantor mengenai band ini saya langsung mencari salah satu single video klip mereka (JAFUNISUN - Tahu Sumedang) di youtube. Video yang diunggah 30 Juli 2012 ini ternyata sudah dilihat kurang lebih 6249 viewer, melihat video klip yang mereka buat saya amaze sekaligus tertawa terbahak-bahak *nggak percaya?coba aja denger lagunya.
Nah yang membuat saya makin amaze adalah serangkaian upaya kreatifitas yang mereka dalam mendongkrak popularitasnya sebagai sebuah band indie. Yah karena saya orang creative sales, makanya saya pengen nulis upaya creative sales JAFUNISUN dalam meraih popularitas, nah JAFUNISUN ini merupakan nama brand yang akan kita kupas disini. Tanpa panjang lebar langsung aja saya beberkan pendapat pribadi saya.
1. Kreatif - Spesific Positioning & Differensiasi
Hal yang paling penting sebelum kita hendak menjual sesuatu adalah kita sudah harus memikirkan dan menentukan nilai yang akan lempar kepada konsumen, dalam kontek pembahasan ini adalah seperti apa kita ingin dikenal dan apa kelebihan kita yang bisa dijual kepada masyarakat. Jafunisun nampaknya sudah memikirkan hal ini dengan cukup baik, menurut saya mereka berhasil memadukan unsur tradisional lokal (bahasa sunda) dengan karakteristik dan unsur musik Japanese Rock (jrock), bahkan dalam salah satu video klip pun mereka mengangkat salah satu warisan dan kebudayaan tradisional masyarakat jawab barat seperti gamelan. Selain itu juga mereka mengangkat fenomena atau hal-hal real yang ada disekitar kita untuk dijadikan sebuah lagu, sehingga hal ini menjadi nilai plus bagi Jafunisun dibandingkan band-band pendahulu mereka yang juga biasa membuat versi plesetan dari beberapa lagu populer.
2. Testimonial Public Figure
Lewat account facebooknya saya melihat beberapa posting yang mencantumkan foto dari beberapa public figure yang terlihat memegang album pertama Jafunisun, sebut saja beberapa diantaranya ada Sule, Richie Five Minutes, Joe Padhyangan, Budi Do Re Mi. Nah terlepas apakah memang benar mereka membeli album Jafunisun secara langsung atau tidak namun upaya ini bisa dijadikan sebuah moment untuk menambah nilai value pada Brand Jafunisun maupun album pertama mereka. Melalui upaya ini khususnya bagi konsumen awam bisa terbangun persepsi bahwa Jafunisun band yang terkenal dan berkualitas wong artis aja pada beli koq album pertama mereka.
“strategi menggunakan testimonial dari sosok public figure atau sosok professional biasa digunakan oleh beberapa brand, misalkan sosok seorang spesialis dokter gigi yang merekomendasikan pasta gigi merk tertentu untuk konsumen yang memiliki masalah gigi sensitif, tujuannya untuk menambah value dari produk tersebut. Konsumen semakin yakin akan kualitas produk tersebut karena direkomendasikan oleh dokter gigi, dengan demikian konsumen mau menggunakannya”.
3. Youtube
Youtube memang seringkali memunculkan kejutan khususnya dalam mengekspose individu atau kelompok yang awalnya tidak dikenal sama sekali menjadi dikenal oleh semua orang, sehingga tidak aneh rasanya kalo youtube masuk kedalam posisi ke 2 situs yang paling populer dan banyak di akses di dunia setelah google. Nah balik ke pembahasan, melalui youtube ini Jafunisun melempar teaser single-single mereka. Namanya juga situs populer buktinya dalam kurun waktu 1 bulan single Jafunisun – Tahu Sumedang dilihat lebih dari 6.000 viewer, kalo nggak populer yah namanya bukan youtube. Menurut saya kuncinya adalah konten yang super unik dan super kreatif (out of the box), jika bisa memenuhi kriteria itu nampaknya publik juga tidak sungkan untuk mengeluarkan efek Viral & W.O.M supaya semakin banyak orang yang bisa menikmati hasil karya mereka.
4. Social Media For Sales
Social Media lagi muncul di pembahan kali ini, apa nggak bosen yah? Social Media yang hingga saat ini masih sangat populer di Indonesia (bukan Cuma facebook dan twitter saja yah) seringkali menjadi bagian dari munculnya fenomena-fenomena yang senantiasa segar untuk dijadikan pembahasan. Selain sebagai channel promosi (brand awarness) Jafunisun menggunakan social media sebagai channel pemasaran album pertama mereka, karena kalo saya lihat dari konten percakapan mereka dengan followers atau fans lebih pada konteks penjualan album pertama mereka.
Social media populer lainnya yang digunakan sebagai channel pemasaran adalah kaskus, yang paling menarik adalah dalam konteks pemasaran ini mereka memberikan kemudahan kepada konsumen yang ingin membeli album pertama mereka bisa dilakukan pembayaran secara transfer, wesel, atau pos, sehingga hal ini bisa menjadi nilai plus bagi fans Jafunisun. Next step yang harus dilakukan adalah menjalin interakasi yang lebih “intim” dengan fans atau follower sehingga bisa terbangun enggagement (quality) dan jumlah community yang lebih banyak (quantity). Memproduksi merchandise mungkin bisa dijadikan salah satu upaya membangun ikatan secara simbolik antara Jafunisun dan fans, any idea?
Posting Komentar