Beberapa tahun lalu sewaktu kuliah, di salah satu mata kuliah di kampus ada pembahasan tentang tipisnya perbedaan CSR dengan aktivitas pemasaraan dewasa ini. Mengapa bisa demikian? Karena saat ini sulit sekali mengetahui tujuan utama perusahaan dalam aktivitas sosial mereka apakah digabungkan dengan tujuan pemasaran atau tidak. Namun menurut saya pribadi hal itu tidak penting, mengingat tetap ada pihak yang akan mendapatkan manfaat dari bantuan dan perusahaanpun akan mendapatkan manfaat dari peningkatan citra di tengah masyarakat.
Nah, dalam artikel ini secara khusus saya ingin membahas tentang beberapa contoh kegiatan CSR yang dengan cerdas digabungkan dengan aktivitas komunikasi baik untuk meningkatkan citra merek ataupun meningkatkan awareness brand.
Ide dari penulisan artikel ini adalah ketika sedang “jalan-jalan” di dunia maya, saya melihat iklan produk keluaran Kraft ini di 21cineplex.com. Produknya bernama Frutkuat, "wah saya baru tau ada produk ini :D secara saya jarang sekali nonton TV Jadi cocok sekali nih memasang iklan di dunia maya, spesial untuk orang-orang seperti saya yang jarang nonton TV karena kata teman saya sih produk ini sudah ada iklannya di TV".
Tapi bukan soal iklannya, yang menarik buat saya adalah program yang sedang diselenggarakan oleh brand ini. Pada saat saya klik, ternyata iklan ini mengarah pada halaman Facebook mereka. Di halaman Facebook mereka, mereka sedang menyelenggarakan Games Taman bermain Virtual. Yang menarik adalah dengan jumlah tertentu taman virtual tersebut dibuat, brand ini akan membangun Taman Bermain asli di beberapa kota di Indonesia. Sebenarnya konsep games untuk dijadikan aktivitas pemasaran sudah tidak asing, beberapa brand besar membuat berbagai advergames (istilah game yang dibuat dengan tujuan marketing), namun baru sedikit yang menghubungkannya dengan aktivitas CSR.
Waktu saya membahas tentang program ini ke teman-teman, ada juga yang berpendapat bahwa sepertinya game ini tidak akan berhasil mengingat tidak banyak masyarakat Indonesia yang mau menghabiskan waktunya untuk “beramal”, tapi saya tidak sepenuhnya setuju. Ya memang sepertinya akan lebih banyak orang yang mau menghabiskan waktunya untuk mengejar hadiah utama gadget dibandingkan amal, tapi tentu tidak sedikit juga orang-orang seperti saya (jiaaahhh narsis :D) yang suka bersumbangsih terhadap sesuatu yang bersifat amal. (yang penasaran ini link nya http://bit.ly/MVXNvi )
Karena selain menemukan Kraft yang menggunakan pendekatan sosial, ada beberapa contoh kasus menarik lainnya yang juga melakukan pendekatan serupa. Berbeda dengan Kraft yang menurut saya berada dalam tahap pembanguan awareness (Fruktuat dikategorikann produk baru, kalau tidak salah baru masuk di pasaran akhir tahun lalu), Starbucks menggunakan pendekatan sosial untuk meningkatkan engagement dan pembangunan citra pada mereknya. Starbucks memang bukan baru sekali melakukan pendekatan sosial, karena jika saya perhatikan “jiwa sosial” ini dibangun oleh brand Strabucks tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Saya pernah menemukan sebuah video aktivasi yang dilakukan Starbucks di negara lain yang juga mengangkat isu sosial. Berikut adalah videonya.
“Jiwa sosial” Starbucks tersebut secara konsisten dibangun dalam berbagai aktivasinya di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Yang baru-baru ini saya temukan dan membuat saya sangat excited adalah sebuah gerakan yang didukung oleh Starbucks, bernama Drop of Hope (dropofhope.co). Melalui kegiatan ini Starbucks mendukung kegiatan untuk mempertemukan keinginan banyak anak-anak Indonesia kurang mampu dengan siapa saja yang ingin mewujudkan keinginan tersebut. Mereka yang ingin mewujudkan bisa memilih “hope” siapa yang ingin diwujudkannya, bisa memilih di situs tersebut. Lalu jika sudah memilih, sign up, dll kita bisa menyerahkan barangnya melalui outlet Starbucks. Dan tentu, sama dengan pemikiran saya tidak sedikit lho orang yang mau melakukannya, bahkan saya seringkali kesulitan mencari keinginan mana lagi yang belum diwujudkan, karena rata-rata semuanya sudah “full booked”. Jadi masih banyak kan orang Indonesia yang berjiwa sosial.
Pendekatan sosial ini tentu memberikan manfaat positif untuk brand Starbucks, tidak hanya untuk meningkatkan image brand, juga meningkatkan engagement dengan para target marketnya. Mereka yang melakukan aksi sosial ini tentu memiliki persepsi bahwa “Saya melakukannya bersama Starbucks, sebuah brand yang baik hati dan mau menolong sesama”, dan tentu di samping itu cukup menarik traffic juga ya
Nah.. menurut saya tidak sulit lho menjalankan aktivitas CSR, tidak perlu yang sampai menyumbang bermilyar-milyar lalu masuk TV koq karena aktivitas ini bisa kita mulai dengan memikirkan apa yang lingkungan sekitar kita butuhkan.. dan tentu kita, tim serta bisnis kita bisa turut memberi sumbangsih untuk memberi manfaat. Seperti di kantor kami, perwujudan kepedulian tersebut tidak dalam bentuk uang, tapi membuka kesempatan magang.. ide ini juga berangkat dari kebutuhan yang kami rasakan saat kuliah dulu , bahwa pembelajaran yang nyata adalah saat kita terjun langsung pada suatu kasus/proyek/bekerja sungguhan, untuk mendukung ilmu yang kita dapat dari bangku kuliah.. jadi kami dengan senang hati menerima para mahasiswa yang ingin belajar tentang pemasaran, brand atau Digital Marketing.
Kesimpulan saya dari contoh kasus di atas dan apa yang kami lakukan melalui bisnis kami adalah menghimbau kita sebagai pebisnis untuk tetap peduli dengan lingkungan sekitar kita, dan apa yang kita bisa lakukan tersebut tentu bisa membawa manfaat dalam peningkatan citra merek kita atau bahkan meningkatkan awareness brand kita. Saran saya lakukanlah dengan tetap berada dalam koridor industri kita masing-masing.
Contoh apa yang dilakukan oleh produk Frutkuat tetap berada dalam koridor keinginan mereka membangun positioning brand positif dalam dunia anak-anak (mengingat diferensiasi produk ini adalah minuman rasa buah yang berisi vitamin-vitamin penting untuk anak-anak), dan Starbucks tetap di koridor pembangunan “jiwa sosial” yang telah meng-global melekat pada merk mereka, serta apa yang kami lakukan di kantor memang masih dalam koridor membagikan ilmu dari industri yang kami geluti. Karena dengan tetap berada dalam koridor yang sesuai dengan bisnis kita, tentu kita akan merasa lebih ringan dan tentu saja juga dapat menjaga positioning serta image brand kita dalam industri yang kita jalankan.
Jadi... pesan utamanya mariiii kita mulai kegiatan CSR kita sekarang juga.
creative sales
Posting Komentar